Rabu, 23 April 2008

Menjadi Penggemar Berat Rasulullah Salallahu `alaihi wa `ala alihi wassalam

Hampir tidak asing syair-syair tentang pujian kepada Rosulullah Muhammad Salallahu `alaihi wa `ala alihi wassalam kita dengar sepanjang waktu, apakah melalui lantunan nasyid atau "sholawat-sholawat". Banyak orang mengatakan dirinya sebagai pengikut Rosulullah Muhammad dengan banyak cara mengekspresikan rasa cintanya kepada Beliau.

Lalu apakah yang mereka lakukan selama ini benar-benar bukti kecintaan kepada RasulullahSalallahu `alaihi wa `ala alihi wassalam?

Mencitai Rasulullah adalah kewajiban bagi kita kaum beriman sebagaimana hadist “Tidaklah sempuma iman dari salah seorang dari kalian sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya dan segenap manusia.” (Muttafaq ‘alaih).
Dalam riwayat lain disebutkan “Bahawasanya Umar bin al-Khaththab berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh engkau adalah orang yang lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri.” Maka Nabi bersabda, “Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah sempurna iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Lalu Umar berkata kepada Nabi s.a.w., “Sesungguhnya engkau (wahai Rasulullah), kini menjadi orang yang lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Maka Nabi bersabda, “Sekarang (telah benar engkau) wahai Umar.” (Hadits Riwayat al-Bukhari).

Tidak ada cara lain dalam mencintai Rasulullah Salallahu `alaihi wa `ala alihi wassalam kecuali dengan mengikuti semua perintahnya, meninggalkan semua larangannya, membenarkan semua ucapannya dan beribadah sesuai tuntunannya. Ini adalah adab cinta sebagaimana yang telah dicontohkan para salafussholeh kaum terbaik setelah Rosulullah Salallahu `alaihi wa `ala alihi wassalam.

Tidak ada rasa cinta yang ditunjukkan kepada Rasulullah sedalam rasa cita para sahabat dan tabi`in. Ini adalah rujukan terbaik untuk kita yang awam dalam mengapresiasikan cinta kepada Rasulullah Salallahu `alaihi wa `ala alihi wassalam. Mereka tidak pernah berlebih-lebihan dalam menunjukkan rasa cinta kepada Rasulullah, karena memang Rasulullah melarang itu. Rasulullah bersabda “Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji (‘Isa,) putera Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah, ‘Abdullah wa Rasuluh (hamba Allah dan Rasul-Nya)’.” (Muttafaq ‘alaih).

Kenyataannya banyak diantara kita yang berlebihan dalam menyanjung Beliau (ghuluw) dan dalam memujinya (ithra). Diantara mereka membuat syair-syair pujian yang bathil yang Rosul dan sahabat tidak pernah mencontohkan. Sholawat-sholawat yang tidak jelas sumbernya bertebaran menjadikan kita lalai kepada hakekat cinta sesungguhnya.
Allah Subhanahu wata`ala berfirman "Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu.” (an-Nisa: 171).
Dalam riwayat lain disebutkan
Ketika sebagian sahabat berkata kepada beliau, ‘Engkau adalah sayyid (penghulu) kami!” Spontan Nabi menjawab,

Sayyid (penghulu) kita adalah Allah Tabaraka wa Ta ala.” (Hadits Riwayat Abu Daud)

Demikian pula ketika mereka mengatakan, “Dan engkau adalah orang yang palirg utama dan paling agung kebaikannya!” Serta merta beliau mengatakan,

Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa kalian katakan, atau seperti ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseret oleh syaitan.” (Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad jayyid)

Sebagian orang berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah! Wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid (penghulu) kami dan putera penghulu kami!” Maka seketika Nabi bersabda,

Wahai manusia, ucapkanlah dengan ucapan (yang biasa) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh setan! Aku (tak lebih) adalah Muhammad bin Abdullah, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak menyukai kalian menyanjungku di atas darajat yang Allah berikan kepadaku.” (Hadits Riwayat Ahmad dan an-Nasa’i).

Jelas sudah adalah perkara yang bathil ketika orang bersholawat dan menyanjung Rasulullah dengan kata-kata yang dilebihkan dan diada-adakan. Bahkan Rosulullah membenci semua perbuatan itu. Wallahuta`ala `alam.



Tidak ada komentar: