Kamis, 29 Mei 2008

HADIAH BACAAN AL-QUR`AN & YAASIIN UNTUK MAYIT

Sudah menjadi hal yang biasa, bahkan syariat dibacakannya Al-Qur`an untuk dihadiahkan kepada mayit menjadi akar budaya yang susah dihilangkan. Banyak pembelaan dilakukan untuk membenarkan ritual tersebut mulai oleh para ulama dan juga masyarakat awam atas dasar pelestarian dan penghormatan terhadap hasil peradapan.

Sebagai seorang muslim yang berpegang terhadap keyakinan ahlussunnah wal jama`ah, sudah sepantasnya tidak kemudian taqlid—mengikuti aturan yang tidak bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadist itu. Allah subhanahu wata`ala berfirman dalam surat An-Najm : 38-39 yang artinya “Bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya manusia tidak akan memperoleh (kebaikan) kecuali apa yang telah ia usahakan


Imam Syafi`I rahimahullah mengambil kesimpulan dari ayat ini bahwa bacaan Qur’an tidak akan sampai hadiah pahalanya kepada orang yang telah mati. Karena bacaan tersebut bukan dari amal dan usaha mereka.

Rasulullah salallahu alaihi wassalam tidak pernah memerintahkan hal tersebut, hal ini bisa disimpulkan karena tidak ada nash (dalil yang tegas dan terang) dan tidak juga dengan isyarat (sampai-sampai dalil isyarat pun tidak ada).Tidak pula ditemukan perbuatan atau riwayat dari seorangpun shahabat bahwa mereka pernah mengirim bacaan Qur’an kepada orang yang telah mati).

Bacaan Qur`an adalah peringatan bagi manusia yang masih hidup sebagaimana yang difirmankan Allah subhanahu wata`ala dalam surat Yaasiin ayat 70, dan juga sebagai petunjuk sebagaman tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat 2

Adapaun menghadiahkan bacaan Al-Qur`an untuk kerabat, orang tua, atau siapa saja supaya mendapat kebaikan dari amalan bacaan tersebut sama hukumnya dengan menghadiahkan kepada mayit. Jelas hal ini bertentangan dengan Al-Qur`an surat An-Najm : 38-39.

Kesimpulannya, apapun bacaan Al-Qur`an yang kita baca (Al-fatihah, Al-Ikhlas, Al-falaq, An-naas dan Yaasiin) kebaikannya tidak akan sampai kepada orang lain dan apabila kita berniat membacanya untuk menghadiahkannya kepada orang lain (masih hidup/sudah mati) adalah kesesatan dan tindakan bathil.



Hadist-hadist Tentang Fadhilah Membaca Surat Yaasiin

Hadist pertama

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin karena mencari keridhaan Allah Ta’ala, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu. Oleh karena itu, bacakan-lah surat itu untuk orang yang akan mati di antara kalian”. HR. Al-Baihaqi

Hadist di atas lemah karena diantara sanadnya ada perawi yang tidak diketahui dengan jelas dan pasti. Hadist semacam ini disebut hadist mubham dan hadist mubham merupakan hadist lemah. Selanjutnya disebutkan dalam sanad hadist ini dari Abu Ustman dan bapaknya, Abu Ustman dan bapaknya tidak dikenal oleh ahli hadist, sehingga hadist semacam ini tergolong maj-hul (tidak diketahui) sehingga hadist semacam ini lemah.

Hadist kedua

Barangsiapa menziarahi kubur kedua orang tuanya setiap Jum’at dan membacakan surat Yaasiin (di atasnya), maka ia akan diampuni (dosa)nya sebanyak ayat atau huruf yang dibacanya” Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy (I/286), Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ashbahan (II/344-345) dan ‘Abdul Ghani al-Maqdisi dalam Sunannya (II/)91 dari jalan Abu Mas’ud Yazid bin Khalid. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaim ath-Thaifi, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Aisyah, dari Abu Bakar secara marfu.

Hadist di atas palsu, dalam hadits ini ada ‘Amr bin Ziyad Abul Hasan ats-Tsaubani. Kata Ibnu ‘Adiy: “Ia sering mencuri hadits dan menyampaikan hadits-hadits yang BATHIL.” Setelah membawakan hadits ini, Ibnu ‘Adiy berkata: “Sanad hadits ini BATHIL, dan Amr bin Ziyad dituduh oleh para ulama memalsukan hadits.” Kata Imam Daruquthni: “Ia sering memalsukan hadits.”

Hadist-hadist di atas sering dijadikan sebagai sandaran amalan membaca surat Yaasiin, dan jelaslah sudah bahwa semua itu adalah perbuatan bid`ah.

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: “Membacakan surat Yaasiin ketika ada orang yang sedang dalam keadaan naza’ dan membaca al-Qur'an (membaca surat Yaasiin atau surat-surat lainnya) ketika berziarah ke kubur adalah BID’AH DAN TIDAK ADA ASALNYA SAMA SEKALI DARI SUNNAH NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM YANG SAH

Wallahu ta`ala a`lam

Minggu, 11 Mei 2008

KESALAHAN SEPUTAR SHOLAT

KESALAHAN SEPUTAR SHOLAT

Sering tidak kita sadari, mengikuti kebiasaan kebanyakan orang di antara kita, padahal apa yang kita lakukan itu adalah kesalahan besar, terlebih dalam masalah ibadah.

Berikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan setelah kita menunaikan sholat:

  1. Mengusap muka

Tidak ada tuntunan dari Rasulullah salallahu`alaihi wassalam tentang hal itu, dan ini dibenarkan oleh Syeikh Al-Bani dalam kitabnya Silsilah Al-haadiist Adh-dha`iifah wa Maudhuu`ah(no. 660)

  1. Berdo`a dan berdzikir berjamaah dengan dipimpin imam

Hal ini banyak diterangkan oleh ulama sebagai suatu amalan bid`ah seperti dalam Fataawa al-Lajnah ad-Daa-imah, Fataawa Syeikh bin Baz dll.

  1. Berdzikir dengan bacaan yang tidak ada nash/dalilnya baik lafazh maupun jumlah, atau berdzikir dengan dasar hadist yang dho`if

CONTOH: Membaca Al-fatihah setelah salam, membaca alhamdulillah selesai salam.

  1. Menghitung dzikir dengan biji-bijian tasbih.

Tidak ada satupun hadist yang shohih tentang hal tersebut di atas, bahkan sebagian palsu

عن عبد الله بن عمرورضي الله عنهما قل:رايت رسول الله صلى الله عليه وسلم يعقد التسبيح بيمينه

Dari Abdullah bin Amr: Aku melihat rasulullah menghitung bacaan tasbih (dengan jari-jari) tangan kanannya . (HR. Abu Daud dengan sanad shahih)

  1. Berdzikir dengan suara keras

Hal ini justru bertentangan dengan Al-Qur`an Surat Al-A`raaf ayat 55 dan 205

  1. Mendawamkan/merutinkan do`a dan mengangkat tangan ketika berdo`a padahal tidak ada satupun contoh dari Rasulullah
  2. Saling berjabat tangan, hal ini tidak dilakukan oleh Rasulullah maupun sahabat bahkan tidak ada hadist shahih yang menceritakan perihal itu. Jika ini adalah kebaikan pasti berita itu akan sampai pada kita.

Diambil dari Buku Dzikir Pagi Petang karya Ustd. Yazid bin Abdul Qodir Jawas